MENGINTIP KESUKSESAN PUDING PUYO
Sebagian dari kalian pasti tahu apa itu pudding PUYO atau bahkan pernah mencicipinya. Sebagai sebuah brand makanan terkenal, pudding puyo atau yang terkenal dengan nama PUYO Silky Desserts tidak hadir dengan sendirinya, namun ada sosok muda kakak-adik dibaliknya, mereka bernama Adrian Christopher Agus (22 tahun) dan Euginia Patricia Agus (19 tahun).
Bukan hanya menciptakan brand yang memorable atau mudah diingat, tetapi Euginia dan Adrian mampu menghadirkan puding yang lembut dan variatif dengan rasa-rasa yang tak biasa, seperti ubi ungu (taro), permen karet (bubble gum), pisang, green tea, stoberi, cookies, cokelat, mangga, dan hazelnut. Wah, banyak banget kan guys rasanya! Tentunya setiap rasa disesuaikan dengan warna puding yang menarik dan berbeda satu sama lain.
Dalam satu kemasan pudding PUYO ini memiliki isi 240 gram. Kakak-adik ini telah menetapkan harga untuk puding-puding tersebut dengan harga Rp 12.500 per cup dan Rp 135 ribu untuk satu lusin puding.
Ide Awal PUYO
Inspirasi atau ide awal terciptanya puding PUYO berasal dari ayah mereka yang hobi memasak. Sang ayah saat itu sedang membuat puding dan rasanya sangat enak, kemudian puding enak itulah yang memunculkan ide mereka untuk menjualnya ke masyarakat.
Selama tiga bulan, mereka fokus mengembangkan resep pudding tersebut, tentu saja semua itu dilakukan agar rasa puding berbeda dengan puding lainnya. Ketekunan dan keseriusan Adrian-Euginia membuahkan hasil yang manis, yaitu kesuksesan.
Bermula Dari Bazaar, Kini PUYO Eksis di Mall
Awal produksi, pudding yang sudah dibuat dicoba dulu ke keluarga dan teman-temannya. Setelah mendapat banyak komentar positif, keduanya percaya diri untuk menjual produk mereka melalui media sosial, yaitu Instagram.
Kemudian puding yang didirikan pada Juli 2013 lalu ini tidak membutuhkan banyak modal. Mereka mengawali bisnis puding PUYO ini dengan modal 5 juta rupiah, itu pun dipinjam dari orang tuanya. Promosi yang dilakukan juga terbatas, yaitu hanya melalui media sosial.
Setelah sukses menarik konsumen melalui media sosial, Adrian dan Euginia juga beberapa kali mengikuti event bazaar. Hal ini dilakukan agar awareness masyarakat terhadap PUYO terus meningkat. Bermula dari situ, antusias pembeli PUYO semakin lama terus meningkat. Selain mengikuti bazaar, mereka pun rutin dan memberanikan diri untuk membuka gerai di dalam pusat perbelanjaan (mall). Booth PUYO pertama kali diresmikan di salah satu pusat perbelanjaan di Alam Sutera, Tangerang, Jawa Barat, dan booth kedua berlokasi di daerah Jakarta Selatan.
Konsep Puding PUYO
‘Light dessert dengan tekstur yang silky atau seperti sutra’ merupakan konsep dari puding PUYO. Perbedaan puding PUYO dibanding produk puding lainnya adalah puding yang dibuat tanpa bahan pengawet dan dalam hal penggunaan susu. PUYO dibuat dengan campuran susu nabati yang dipercaya lebih sehat dibandingkan susu hewani.
Selain kualitas susu yang digunakan, kelembutan pudding Puyo juga dijaga pada kualitas rasanya. Eugenie dan Adrian menyajikannya dengan rasa yang tidak terlalu, rendah kalori, serta kaya serat. Mereka menyebutkan bahwa satu cup pudding PUYO hanya mengandung 120 kalori.
Pada awalnya, sistem pelayanan yang mereka jalankan adalah made by order. Artinya, konsumen harus memesan terlebih dahulu dua hari sebelumnya. Pesanan selanjutnya akan diantar langsung ke konsumen. Saat itu, mereka hanya bisa menjual 100 cup per harinya. Kini, produksi mereka sudah mencapai lebih dari 5.000 cup per hari.
Bukan hanya menciptakan brand yang memorable atau mudah diingat, tetapi Euginia dan Adrian mampu menghadirkan puding yang lembut dan variatif dengan rasa-rasa yang tak biasa, seperti ubi ungu (taro), permen karet (bubble gum), pisang, green tea, stoberi, cookies, cokelat, mangga, dan hazelnut. Wah, banyak banget kan guys rasanya! Tentunya setiap rasa disesuaikan dengan warna puding yang menarik dan berbeda satu sama lain.
Dalam satu kemasan pudding PUYO ini memiliki isi 240 gram. Kakak-adik ini telah menetapkan harga untuk puding-puding tersebut dengan harga Rp 12.500 per cup dan Rp 135 ribu untuk satu lusin puding.
Ide Awal PUYO
Inspirasi atau ide awal terciptanya puding PUYO berasal dari ayah mereka yang hobi memasak. Sang ayah saat itu sedang membuat puding dan rasanya sangat enak, kemudian puding enak itulah yang memunculkan ide mereka untuk menjualnya ke masyarakat.
Selama tiga bulan, mereka fokus mengembangkan resep pudding tersebut, tentu saja semua itu dilakukan agar rasa puding berbeda dengan puding lainnya. Ketekunan dan keseriusan Adrian-Euginia membuahkan hasil yang manis, yaitu kesuksesan.
Bermula Dari Bazaar, Kini PUYO Eksis di Mall
Awal produksi, pudding yang sudah dibuat dicoba dulu ke keluarga dan teman-temannya. Setelah mendapat banyak komentar positif, keduanya percaya diri untuk menjual produk mereka melalui media sosial, yaitu Instagram.
Kemudian puding yang didirikan pada Juli 2013 lalu ini tidak membutuhkan banyak modal. Mereka mengawali bisnis puding PUYO ini dengan modal 5 juta rupiah, itu pun dipinjam dari orang tuanya. Promosi yang dilakukan juga terbatas, yaitu hanya melalui media sosial.
Setelah sukses menarik konsumen melalui media sosial, Adrian dan Euginia juga beberapa kali mengikuti event bazaar. Hal ini dilakukan agar awareness masyarakat terhadap PUYO terus meningkat. Bermula dari situ, antusias pembeli PUYO semakin lama terus meningkat. Selain mengikuti bazaar, mereka pun rutin dan memberanikan diri untuk membuka gerai di dalam pusat perbelanjaan (mall). Booth PUYO pertama kali diresmikan di salah satu pusat perbelanjaan di Alam Sutera, Tangerang, Jawa Barat, dan booth kedua berlokasi di daerah Jakarta Selatan.
Konsep Puding PUYO
‘Light dessert dengan tekstur yang silky atau seperti sutra’ merupakan konsep dari puding PUYO. Perbedaan puding PUYO dibanding produk puding lainnya adalah puding yang dibuat tanpa bahan pengawet dan dalam hal penggunaan susu. PUYO dibuat dengan campuran susu nabati yang dipercaya lebih sehat dibandingkan susu hewani.
Selain kualitas susu yang digunakan, kelembutan pudding Puyo juga dijaga pada kualitas rasanya. Eugenie dan Adrian menyajikannya dengan rasa yang tidak terlalu, rendah kalori, serta kaya serat. Mereka menyebutkan bahwa satu cup pudding PUYO hanya mengandung 120 kalori.
Pada awalnya, sistem pelayanan yang mereka jalankan adalah made by order. Artinya, konsumen harus memesan terlebih dahulu dua hari sebelumnya. Pesanan selanjutnya akan diantar langsung ke konsumen. Saat itu, mereka hanya bisa menjual 100 cup per harinya. Kini, produksi mereka sudah mencapai lebih dari 5.000 cup per hari.