Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

i'tikaf : Apa yang dilakukan saat i'tikaf, Tujuan dan keutamaannya

 Pengertian I’tikaf

Secara bahasa, I’tikaf memiliki makna berdiam diri. Sedangkan secara syari’ah agama Islam, I’tikaf memiliki makna berdiam diri di masjid sebagai ibadah yang sunah untuk dilakukan setiap saat. Pada bulan suci Ramadhan, I’tikaf sangat dianjurkan untuk di laksanakan oleh seorang muslim, terutama pada sepuluh hari terakhir bdi bulan tersebut untuk mengharapkan atau menginginkan datangnya Lailatul Qadar.

Syarat dan Rukun I’tikaf


Adapun syarat dan rukun I’tikaf yaitu:

  1. Berniat melakukan I’tikaf karena Allah SWT semata.

  2. Berdiam diri di dalam masjid dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang untuk di kerjakan ketika I’tikaf.

  3. Orang yang beri’tikaf harus muslim, berakal, bersih atau suci dari hadas besar dan wajib beri’tikaf di dalam masjid. Sebagian Ulama berpendapat bahwa hadas kecil juga dapat membatalkan I’tikaf.


 

Perkara-Perkara yang Membatalkan I’tikaf


Agar I’tikaf seseorang diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan pahala, maka seorang muslim yang melakukan I’tikaf perlu menghindari perkara-perkara yang membatalkan I’tikaf, yaitu:

  1. Berbuat dosa besar.

  2. Bercampur bersama dengan istri.

  3. Hilang akal karena gila atau mabuk.

  4. Keluar agama/ murtad.

  5. Keluar darah haid atau nifas dan semua yang mendatangkan hadas besar.

  6. Keluar masjid tanpa ada kepentingan yang mendesak atau uzur.

  7. Orang yang sakit dan membawa kesulitan ketika melakukan I’tikaf


 

Waktu I’tikaf



  1. I’tikaf dapat dilakukan kapan saja dan setiap saat. Menurut mazhab Syafi’i, I’tikaf dapat dilakukan kapan pun tanpa terikat waktu dan batasan lamanya seorang beri’tikaf. Jadi, ketika seseorang masuk ke dalam masjid dan berniat melakukan I’tikaf, maka sahlah I’tikaf orang tersebut.

  2. Meskipun I’tikaf dapat dilakukan kapan pun, namun beri’tikaf di bulan suci Ramdhan sangat dianjurkan terutama pada sepuluh hari terakhir di bulan tersebut untuk mendatangkan dan mendapatkan berkah di malam Lailatul Qadr. I’tikaf di sepuluh hari terakhir di bulan suci Ramadhan juga selalu dilakukan oleh Rasulullah SAW.

  3. Lama seseorang beri’tikaf tidak dibatasi. Bisa singkat dan bisa juga lama, tergantung niatnya. Namun untuk I’tikaf nadzar tergantung pada berapa lama waktu yang dinadzarkan.


Hikmah Beri’tikaf



  1. Lebih mendidik diri untuk taat dan tunduk kepada Allah SWT.

  2. Mendidik diri agar senantiasa suci dan bersih.

  3. Mudah bagi diri sendiri untuk memerangi hawa nafsu.

  4. Sebagai salah satu cara meramaikan masjid.

  5. Sebagai salah satu cara menghormati bulan suci Ramadhan.

  6. Sebagai tempat dan waktu terbaik menjemput datangnya Lailatul Qadar.


 

Ayat Al-quran yang Menejelaskan tentang I’tikaf



  1. Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 125


وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

Artinya:

“Dan telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang I’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (Q.S Al-Baqarah:125).

  1. Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 187


وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

Artinya:

“Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid” (Q.S Al-Baqarah: 187).

Hadist yang Menjelaskan tentang I’tikaf



  1. Riwayat Abdullah bin Umar r.a bahwa ia berkata, “Rasulluah SAW, I’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan”. (HR. Bukhari).

  2. Riwayat Ubay bin Ka’ab dan Aisyah: “ Rasullah beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, hingga Allah menjemputnya (wafat)”. (HR. Bukhari Muslim).

  3. Riwayati Aisyah bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW melakukan I’tikaf sesudah tanggal dua puluh Ramadhan hingga beliau meninggal dunia”. (HR. Bukhari dan Muslim).


i'tikaf di rumah dengan tujuan yang mulia akan mendapatkan keutamaan. Amin.
close